Ketika manusia pertama, Nabi Adam as, selesai diciptakan, Allah Swt
memerintahkan Iblis untuk bersujud kepada nabi Adam as. Namun Iblis
membangkang dengan dalih bahwa mereka lebih baik (mulia) dari Nabi Adam
as. Iblis merasa bahwa api lebih baik daripada tanah. Konsekuensinya,
Allah Swt mengusir mereka dari surga dan mengutuk mereka. Lalu Iblis
minta izin Allah untuk menggoda manusia. Allah pun mengizinkan.
Firman Allah Swt, “…Saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka
dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari
muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan
Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat),” (QS
al-A’raf [7]: 16-17). Sepertinya Iblis berhasil melaksanakan janjinya,
karena banyak diantara kita yang tidak bersyukur atas karunia dan rahmat
Allah Swt.
Syukur bukan hanya di lisan, tapi juga diserap dalam perilaku kehidupan
sehari-hari. Tidak dikatakan bersyukur jika rasa terima kasih terhadap
Allah Swt hanya berhenti pada kalimat “alhamdulillah”; sementara ia
masih menyalah gunakan nikmat yang diterimanya. Misalnya memiliki
kendaraan dipergunakan dalam bermaksiat kepada Allah Swt.
Syukur yang sesungguhnya adalah pujian terhadap Allah Swt, yang
dilanjutkan denga mengupayakan seluruh anggota badan, pikiran dan hati.
Senantiasa mengerjakan apa yang diridhai-Nya dan menjauhi apa yang
dilarang-Nya. Inilah syukur yang sesungguhnya.
Contoh terbaik dari manusia yang aling bersyukur ini adalah Rasulallah
Saw. Beliau melakukan shalat hingga kakinya bengkak-bengkak. Melihat hal
ini, Aisyah ra istri tercinta Beliau heran. Lalu Aisyah ra berkata
kepada Beliau, “Mengapa Baginda masih berbuat seperti ini, padahal Allah
telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan dosa-dosamu pada masa
mendatang?”, Rasulallah Saw menjawab, ‘Apakah aku tidak boleh menjadi
hamba yang bersyukur?,’”(HR Bukhari-Muslim).
Dari hadits ini tampak bahwa Rasulallah Saw tidak hanya memahami syukur
sebatas ucapan dan pujian dengan lidah. Menurut Beliau, syukur adalah
upaya seluruh anggota tubuh untuk mengerjakan apa saja yang diridhoi
pemberi nikmat.
Jika kita bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, niscaya nikmat yang
kita terima akan bertambah. Kareana Allah Swt telah berjanji, bahwa
barang siapa yang bersyukur, nisacaya Dia akan menambah nikmat yang
diberikan-Nya kepada kita. Firman-Nya, “Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan, ‘ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah(nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih,’”(QS Ibrahim [14]: 7). Wallahu a’lam
bis shawab
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
harap komentar dengan sopan dan tidak mengandung SARA