
Cara kerjanya, alat itu dipasang di kepala seseorang, dan mengukur pola neurologis unik yang terhubung ke proses berpikir yang spesifik. Low menjelaskan, tujuan akhir perangkat ini adalah untuk mengumpulkan gelombang otak dalam sebuah database yang bisa dibaca komputer.
Salah satu orang yang mencoba iBrain adalah fisikawan terkenal, Stephen Hawking. Seperti dimuat FoxNews, membantu ilmuwan eksentrik itu juga jadi ambisi tim NeuroVigil. Agar ia bisa berkomunikasi lebih efektif, lewat pikirannya.
“Kami ingin menemukan cara untuk menerobos tubuh Hawking, dan yang terutama meretas otaknya,” kata Low. Musim panas lalu, ilmuwan 32 tahun itu dan timnya terbang ke Cambridge, Inggris, di mana ia bertemu dengan Hawking. Saat sang ilmuwan menjajalnya, Hawking diminta berpikir “sangat keras” soal hal-hal pelik.
Seperti diketahui, Hawking menderita penyakit Lou Gherig, yang membuatnya kehilangan kontrol atas tubuhnya. Selama ini ilmuwan terkemuka itu ‘bicara’ lewat kacamata khusus yang merespon kedutan syaraf pipi di bawah matanya — yang makin lama makin melemah. Sebuah cara komunikasi yang melelahkan dan lambat, perlu beberapa menit hanya untuk menghasilkan sebuah pesan singkat.
Ke manapun ia pergi, Hawking dikelilingi mesin yang memungkinkannya berkomunikasi. Jika uji coba iBrain berhasil, niscaya alat-alat itu bisa disingkirkan, diganti dengan ikat kepala hitam yang dilengkapi mesin mini sebesar kotak korek api.
Dalam pernyataannya, Hawking mengungkapkan alasannya mau membantu proyek ini, sekaligus rela jadi obyek percobaan. “Dr Low dan perusahaannya telah melakukan hal yang luar biasa,” kata dia, seperti dimuat New York Times. Partisipasinya, ungkap Hawking, bertujuan untuk memberikan wawasan dan saran praktis pada NeuroVigil. “Saya ingin membantu penelitian, mendorong investasi di bidang ini, dan yang terpenting, menawarkan harapan masa depan pada orang yang didiagnosis menderita penyakit ALS (amyotrophic lateral sclerosis) atau kelainan syaraf.”
NeuroVigil mengatakan, perangkat iBrain bisa digunakan setiap orang, bahkan di rumah. Ia juga bisa dikenakan saat tidur atau menonton televisi. Perangkat tersebut dilengkapi dengan USB port untuk mentransfer data yang terekam ke komputer.
Di luar yang dikatakan sebagai “membaca pikiran seseorang” alat ini memiliki potensi aplikasi medis. Misalnya, iBrain membantu dokter membuat resep obat yang benar dan sesuai dengan respon gelombang otak seseorang. Low menambahkan, iBrain juga bisa digunakan untuk membantu perawatan gangguan tidur, depresi, bahkan autisme. “Ini langkah awal bagi dokter untuk meresepkan obat sesuai kondisi spesifik pasien.”
Sumber: Vivanews
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
harap komentar dengan sopan dan tidak mengandung SARA